Rabu, 09 Mei 2018

variasi dan gaya mengajar


VARIASI DAN GAYA MENGAJAR
A.    PENDAHULUAN
Pada umumnya, setiap individu tidak menginginkan kebosanan dalam kehidupannya. Orang akan merasa jenuh dan tidak lagi bersemangat untuk melakukan sesuatu yang monoton/tidak pernah berubah. Jika sudah kehilangan semangatnya, tidak menutup kemungkinan orang tersebut akan gagal dalam berbagai hal. Oleh karena itu, perlu adanya variasi kegiatan yang memunculkan kembali passion dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Demikian juga dalam proses pembelajaran, jika guru tidak menggunakan variasi dalam penyampaian materi pembelajaran, hal ini akan menyebabkan peserta didik menjadi bosan, perhatian peserta didik berkurang, mengantuk, tidak bersemangat, dan akibatnya tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai, bisa dikatakan proses pembelajaran tidak berhasil. Untuk mengatasi masalah ini, guru memerlukan adanya variasi dalam mengajar.
Variasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan perhatian peserta didik serta membangkitkan kemauan serta kesungguhan dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
B.     MAKNA DAN FUNGSI VARIASI MENGAJAR
Variasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang bermacam-macam sebagai akibat perubahan dari keadaan sebelumnya. Menurut Depdiknas (2003), variasi mempunyai beberapa makna, yaitu: tindakan atau hasil perubahan dari keadaan semula, selingan, bentuk/rupa yang lain, dan perubahan turun-temurun yang disebabkan oleh perubahan lingkungan. Jika di hubungkan dengan proses pembelajaran, variasi mengajar adalah bermacam atau beragam bentuk/rupa kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menyajikan materi pembelajaran kepada peserta didik. Jadi, variasi mengajar dapat dimaknai sebagai bentuk perubahan atau invasi yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran yang diamati dari berbagai aspek, yaitu: variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan materi pembelajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan peserta didik.


C.    TUJUAN VARIASI MENGAJAR
Secara rinci, ada beberapa tujuan penggunaan variasi mengajar, terutama dimaksudkan untuk meningkatkan perhatian, motivasi, dan belajar peserta didik. Menurut Julaiha (2007), penggunaan variasi dalam proses pembelajaran bertujuan untuk menghilangkan kebosanan peserta didik dalam belajar, meningkatkan motivasi belajar peserta didik, mengembangkan keingintahuan peserta didik dalam hal-hal baru, dan melayani gaya belajar peserta didik yang beraneka ragam.
Berdasarkan pemeparan diatas, tujuan dari mengadakannya variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dijelaskan sebagaimana uraian dibawah ini:
1.      Meningkatkan dan memelihara perhatian peserta didik terhadap relevansi proses pembeljaran.
Dalam proses pembelajaran, perhatian peserta didik terhadap materi pembelajran yang diberikan merupakan aspek yang sangat penting. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memperhatikan variasi mengajarnya, apakah sudah dapat meningkatkan dan menjaga perhatian peserta didik terhadap materi yang dijelaskan atau belum.
2.      Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi
Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang peserta didik tidak akan dapat belajar dengan baik jika tidak ada motivasi di dalam dirinya.
3.      Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah
Tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam kelas, ada peserta didik tentu kurang senang terhadap seorang guru. Konsekuensinya, bidang studi yang diampu oleh guru tersebut juga kurang disenangi. Kurang senangnya seorang peserta didik terhadap guru bisa jadi disebabkan oleh gaya mengajar guru yang kurang bervariasi. Oleh karena itu, guru harus melakukan kombinasi, variasi, dan pengembangan dalam penggunaan metode, gaya mengajar, perhatian kepada peserta didik, suara, kontak pandang, dan sebagainya untuk menumbuhkan sikap positif peserta didik kepada guru dan sekolah.
4.      Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual
Guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang mendukung tugasnya dalam mengajar, termasuk keterampilan dalam penguasaan metode mengajar, penggunaan media, dan pendekatan.selain itu aspek lain yang sangat penting bagi keterampilan guru dalam penguasaan variasi mengajar ialah ketersediaan fasilitas di kelas/sekolah. Fasilitas berfungsi sebagai alat bantu pengajaran, alat peraga, dan sumber belajar.
5.      Mendorong peserta didik untuk belajar
Menyediakan lingkungan belajar merupakan tugas guru, sedangkan kewajiban belajar ialah tugas peserta didik. Oleh karena itu, Peran seorang guru ialah dapat menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendirong peserta didik untuk senang dan bergairah belajar.

D.    PRINSI VARIASI MENGAJAR
Penggunaan variasi mengajar harus tersusun berdasarkan rencana yang jelas yang didasarkan pada rujukan tujuan pembelajaran. Untuk mencapai keharusan tersebut, maka seorang guru dituntut prinsip dalam menggunakan variasi mengajar.
Beberapa langkah untuk mewujudkan prinsip tersebut diantaranya sebagai berikut:
1.      Variasi pengajaran yang diselenggarakan harus menunjang dan dalam rangka merealisasikan tujuan pembelajaran.
2.      Penggunaan variasi mengajar harus lancar dan berkesinambungan tidak mengganggu proses belajar mengajar dan anak didik akan lebih memperhatikan berbagai proses pengajaran secara utuh.
3.      Penggunaan variasi mengajar harus bersifat terstruktur, terencana dan sistematik.
4.      Penggunaan variasi mengajar harus luwes (tidak kaku) sehingga kehadiran varisi itu semakin mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar.
Prinsip itulah yang setidaknya diperlukan seorang guru dalam penggunaan variasi mengajar. Prinsip ini menunjukan bahwa dalam penggunaan variasi mengajar, guru hendaknya memperhatikan keberadaan siswa, situasi dan kondisi lingkunagan.

E.     KOMPONEN VARIASI MENGAJAR
Pada dasarnya komponen dalam mengajar dibagi dalam tiga kategori besar yaitu variasi gaya mengajar, variasi media dan materi pembelajaran, dan variasi interaksi.
1.    Variasi gaya mengajar
a.       Pengguaan variasi suara (intonation, volume, and speed ), variasi suara adalah perubahan dari tinggi kerendah dari cepat menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih atau pada suatu saat memberikan tekanan dan kata-kata tertentu.
b.      Pemusatan perhatian/penekanan (focusing), memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting yang dapat dilakukan guru.
c.       Pemberian waktu (pausing), adanya kesenyapan, kebisuan atau keselingan diam yang secar tiba-tiba dan disengaja selagi guru menerangkan sesuatu, yang mana ini merupakan salah satu alat yang baik untuk menarik perhatian siswa.
d.      Kontak pandangan (eye contact), ketika proses mengajar berlangsung, jangan sampai guru menunduk terus atau melihat langit-langit dan tidak berani mengadakan kontak mata dengan para peserta didiknya.
e.       Gerakan anggota badan (gesturing), gerak anggota badan juga perlu divariasi, variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, dan gerakan badan adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunakasi. Gunanya untuk menyampaikan pesan yang disampaikan dan menarik perhatian. Ekspresi wajah yaitu dengan tersenyum, menegrutkan dahi, cemberut, menaikkan alis mata dan untuk menunjukan kekaguman yaitu dengan tercengan maupun heran.gerakan kepala dapat dilakukan dengan bermacam-macam yaitu dengan mengangguk atau menggelekan. Gerakan jari yaitu dengan mengetuk-ngetuk yang mendakan waktu dan lain sebagainya.
f.       Perpindahan posisi, perpindahan posisi guru dalam kelas yaitu agara dapat mempertahankan perhatian siswa. Terutama sekali bagi guru yang menyajikan pelajaran dikelas, biasakan bergerak bebas tidak kikuk atau ragu dan menghindari perilaku negatif. Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat dilakukan dari bagian depan ke belakang, sisi kiri ke sisi kanan, atau di antara peserta didik dari belakang ke sisi samping kelas.

2.    Variasi media dan materi pembelajaran
a.       Variasi Media Pandang (visual aids)
Penggunaan media pandang dapat diartikan  sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi, sperti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film, film strip, TV, Radio, tape recorder, gambar grapik, model, dukumentasi, dan lain-lain. Penggunaan yang lebih luas dari alat-alat tersebut akan memiliki keuntungan:
a)      Membantu secara konkrit konsep berpikir, dan mengurangi respon yang kurang bermanfaat.
b)      Memiliki secara potensial perhatian peserta didik pada tingkat yang tinggi.
c)      Dapat memberi hasil belajar yang riil yang akan mendorong kegiatan mandiri peserta didik.
d)     Mengembangkan cara berpikir yang berkesinambungan, seperti halnya dalam film.
e)      Memberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat lain.
f)       Menambah frekuensi kerja, lebih dalam dan variasi belajar.
b.      Variasi Media Dengar (audio aids)
Pada umumnya dalam proses belajar mengajar di kelas, suara guru adalah alat utama dalam berkomunikasi. Variasi dalam penggunaan media sangat memerlukan saling bergantian atau kombinasi dengan media pandang dan media taktil. Sudah barang tentu ada sejumlah media dengar yang dapat dipakai untuk itu, di antaranya ialah pembicaraan peserta didik, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman  drama, wawancara, bahkan rek suara ikan lumba-lumba, yang semua itu dapat memiliki relevansi dengan pengajaran.
c.       Variasi media dengar dan pandang (audio-visual aids)
Penggunaan media dengar dan pandang melibatkan indra pendengaran dan penglihatan. Media yang termasuk jenis ini antara lain: film, televisi, radio, slide projector, dan sebagainya.
d.      Variasi yang dapat diraba, dimanipulasi, dan digerakkan (motorik)
Penggunaan media yang dapat diraba, dimanipulasi, dan digerakkan akan menarik perhatian peserta didik dan dapat melibatkan peserta didik dalam membentuk dan mempragakan kegiatannya, baik secara individu maupun kelompok.  Media yang dapat diklasifikasikan ke dalam tipe ini meliputi peragaan yang dipresentasikan oleh guru atau peserta didik, model, specimen, patung, topeng, dan boneka.
e.       Variasi meteri pembelajaran
Penggunaan variasi materi pembelajaran yang dimaksudkan di sini ialah bahwa guru dalam proses pembelajaran tidak hanya mengajarkan materi-materi pokok saja, tetapi juga harus diselingi (divariasikan) dengan materi-materi penunjang. Materi penunjang yang dimaksud seperti contoh-contoh verbal, cerita atau anekdot, dan sebagainya.
3.      Variasi Interaksi
Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beranekaragam coraknya, mulai dari gerakan yan didominasi oleh guru sampai yang dilakukan yang dilakukan oleh murid itu sendiri yang mana ini semua dilakukan untuk menghindari kebosanan dalam belajar. Adapun jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan sebgai berikut :
a.       Pola guru – peserta didik : komunikasi sebagai aksi satu arah
b.      Pola guru - peserta didik - guru : ada kebalikan (feedback), bagi guru, tidak interaksi antar siswa .
c.       Pola guru – peserta didik – peserta didik: ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
d.      Pola guru – peserta didik, peserta didik - guru, peserta didik – peserta didik : interaksi optimal antara guru dengan murid dan atara murid dengan murid (komunakasi sebagai tranksaksi multi arah)
e.       Pola melingkar : setiap siswa mendapatkan giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicar dua kali apabila setiap siswa belum dapat giliran



F.     GAYA MENGAJAR
1.      Pengertian Gaya Mengajar
Gaya mengajar dapat diartikan sebagai dimensi atau kepribadian luas yang mencakup posisi guru, pola perilaku, modus kinerja, serta sikap terhadap diri sendiri dan orang lain. Gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis. Gaya mengajar yang kurikuler dapat ditunjukan ketika guru mengajar sesuai dengan tujuan dn sifat mata pelajaran tersebut. Sementara itu, gaya mengajar yang bersifat psikologis dapat diamati ketika guru mengajar sesuai dengan motivasi peserta didik, pengelolaan kelas, dan evaluasi hasil belajar.
2.      Macam – macam gaya mengajar.
1)      Gaya mengajar klasik.
Dalam pembelajaran klasik, peran guru sangat dominan karena merupakan satu – satunya pihak dalam penyampaian materi pembelajaran. Dengan kata lain, peserta didik lebih cenderung bersikap pasif dalam proses pembelajaran sehingga akan mengahambat kemajuan peserta didik. Adapun ciri – ciri gaya mengajar klasik dapat disebutkan sebagai berikut:
a.       Materi pembelajaran berupa sejumlah informasi dan ide yang sudah populer dan diketahui peserta didik, bersifat objektif, jelas, sistematis, dan logis.
b.      Proses penyampaian materi mengandung nilai – nilai lama dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya yang bersifat memelihara, tidak didasarkan pada minat peserta didik, hanya didasarkan pada minat peserta didik, hanya didasarkan pada urutan tertentu.
c.       Peran peserta didim pasif, hanya diberi pelajaran untuk didengarkan.
d.      Guru berperan sangat dominan, hanya menympaikan materi pembelajaran, otoriter, tetapi benar – benar menguasai materi yang diajarkan.
2)      Gaya mengajar teknologis.
Guru mengajar teknologis ini mensyaratkan guru untuk berpegang pada media yang tersedia. Guru mengajar dengan memperhatikan kesiapan peserta didik dan selalu memberi rangsangan kepada peserta didiknya untuk mampu menjawab persoalan. Dengan kebebasan peserta didik untuk memilih mata pelajaran dan diperkenankan menggunakan seperangkat media yang tersedia,hal ini bukan mengurangi peran guru, melainkan guru seharusnya memantau perkembangan belajar peserta didik sehingga hasil belajar peserta didik dapat diperoleh secara maksimal. Gaya mengajar teknologis mempunyai karateristik sebagai berkut:
a.       Materi pembelajaran terperogram sedemikian rupa dalam perangkat lunak ( software) dan keras ( hardware) yang ditekankan pada kompetensi peserta didik secara individual, disusun oleh ahlinya masing – masing, terkait dengan data objektif dan ketrampilan peserta didik untuk menunjang kompetensinya.
b.      Materi pembelajaran disampaikan sesuai dengan tingkat kesiapan peserta didik dengan memberi stimulan pada peserta didik untuk dijawab.
c.       Peran peserta didik ialah mempelajari apa yang dapat emberi manfaat pada dirinya, belajar dengan menggunakan media secukupnya, dan merespon apa yang diajarkan kepadanya dengan bantuan media.
d.      Peran guru adalah sebagai pemandu ( pembimbing peserta didik dalam proses pembelajaran), pengarah ( memberi petunjuk kepada peserta didik dalam proses pembelajaran), dan fasilisator ( memberi kemudahan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.
3)      Gaya mengajar personalisasi
Gaya mengajar ini, peserta didik dipandang sebagai seorang pribadi yang mempunyai potensi untuk dikemabangkan. Disinilah, guru inisiator selalu memposisikan dirinya sebagai mitra belajar peserta didik dengan memberikan bantuan atas perkembangan peserta didik dalam berbagai aspek. Adapun ciri – ciri gaya mengajar personalisasi adalah sebagai berikut:
a.       Materi pembelajaran disusun secara situasional sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
b.      Materi pembelajaran disampaikan sesuai dengan perkembangan mental, emosional dan kecerdasan peserta didik.
c.       Peserta didik berperan dominan dan dipandang sebagai suatu pribadi.
d.      Guru berperan untuk membantu perkembangan peserta didik melalui pengalaman belajar, fungsi sebagai psikolog, penguasaan metodologi pembelajaran, dan fungsi sebgai narasumber.
4)      Gaya mengajar interaksional.
Guru dalam pengajaran interaksional senantiasa mengedepankan pendekatan dialogi dengan peserta didik atau peserta didiknya sebagai bentuk interaksi yang dinamis. Guru dengan peserta didik atau peserta didik dengan peserta didik lainnya saling ketegantungan. Hal ini mengindikasikan guru dan peserta didik sama – sama menjadi subjek pembelajaran, dan tidak ada yang dianggap sebagai yang paling baik atau sebaliknya paling buruk. Gaya mengajar interaksional mempunyai ciri – ciri sebagai berikut:
a.       Materi pembelajaran berupa masalah – masalah situasional yang bersifat sisio – kultural dan kontemporer.
b.      Materi pembelajaran disampaikan dengan dua arah, yakni menggunakan pendekatan dialogis atau tanya jawab antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik satu dengan peserta didik lainnya.
c.       Peserta didik berperan dominan dalam mengmukakan pandangannya tentang realita, mendengarkan pendapat temannya, serta memodifikasi sebagai ide untuk mencari bentuk baru yang lebih tajam dan valid.
d.      Guru berperan dominan dalam menciptakan iklim belajar yang saling ketergantungan, dan bersama peserta didik memodifikasi berbagai ide atau pengetahuan untuk mencari bentuk baru yang lebih aktual dan terpercaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejarah Dinasti Bani Umayah

Dengan berakhirnya kekuasaan khalifah Ali ibn Abi Thalib, maka lahirlah kekuasan bani Umayyah. Pada periode Ali dan Khalifah sebelumnya pol...